MAKALAH
PENJASKES
“BULU
TANGKIS”
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur
atas karunia Allah SWT yang telah menolong hambanya dengan hidayah nya sehingga
makalah ini dapat tercipta bukan lain melalui para guru pengampu. Makalah ini dibuat agar
menambah wawasan bagi para pembacanya.
Makalah ini berisikan
mengenai dasar-dasar bermain bulu tangkis dan pembelajarannya.Sehingga para pembaca
dapat mempelajarinya baik secara teori maupun praktik.Semogamakalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.Demikian pengantar dari kami apabila dalam penulisan atau isi dari
makalah ini masih banyak kekurangan kami menerima saran dan kritik untuk
menyempurnakannya.Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ....................................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Bulutangkis .............................................................................................................. 5
B.
Lapangan dan Jaring Bulutangkis ......................................................................................... 5
C.
Perlengkapan Bulutangkis ..................................................................................................... 5
D.
Teknik Permainan Bulutangkis ............................................................................................. 6
E. Induk
Organisasi Bulutangkis atau Badminton .................................................................... 6
F. Peraturan Permainan Bulu Tangkis ........................................................................................ 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permainan
bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang terkenal di dunia.
Olahraga ini dapat menarik minat bagi berbagai kelompok umur, berbagai tingkat
keterampilan, dan pria maupun wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di
luar ruangan untuk tujuan rekreasi, dan juga sebagai ajang persaingan.
Permainan
bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan
dengan cara satu orang melawan satu, atau dua orang melawan dua orang.
Permainan ini mudah dilaksanakan karena alat pemukulnya ringan, bola mudah
dipukul, tidak membutuhkan lapangan yang luas, bahkan dapat dimainkan di dalam
maupun di luar ruangan, serta dapat dimainkan oleh siapa saja. Oleh karena itu,
permainan bulutangkis dapat berkembang pesat. Di Indonesia, olahraga
bulutangkis mengalami perkembangan pesat karena tak lepas dari kerja keras
pelatih, atlet, dan pengurus, dalam pembinaan atlet bulutangkis. Hal ini dapat
dilihat dari prestasi yang diraih dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikuti oleh
atlet Indonesia, seperti kejuaraan Thomas Cup, Uber Cup, All England,
Olimpiade, dan sebagainya. Prestasi bulutangkis yang diraih bukanlah hal yang
cepat dan mudah, semua itu melalui proses yang panjang, dan membutuhkan waktu
yang lama, mulai dari pemasalan, pembibitan, hingga pembinaan secara terpadu,
terarah, dan berkelanjutan.
Partisipasi dari semua pihak, baik
dari pemerintah melalui sekolah, maupun dari masyarakat sangat diperlukan guna
pembinaan dan pengembangan olahraga bulutangkis, misalnya melalui perkumpulan/
klub. Dari keduanya diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan dan
pengembangan olahraga, termasuk bulutangkis.
“Telah lama disadari bahwa untuk
mencapai prestasi puncak perlu adanya latihan yang dilakukan secara sistematik
dan sistemik” (Harsono). Secara sistematik, yaitu latihan harus dilakukan
secara terencana dan terprogram yang didasarkan pada pelaksanaan yang benar dan
teratur. Secara sistemik, yakni berbagai komponen latihan yang terkait harus
dilaksanakan secara terpadu. Melihat banyaknya unsur latihan yang terkait, maka
perlu adanya strategi pendekatan yang tepat.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.2.1 Untuk menumbuhkan perilaku sehat khususnya bagi remaja
1.2.2 Untuk mengetahui minat siswa-siswi terhadap Bulutangkis
1.2.1 Untuk menumbuhkan perilaku sehat khususnya bagi remaja
1.2.2 Untuk mengetahui minat siswa-siswi terhadap Bulutangkis
C. Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana pengaruh
Bulutangkis dalam Kepribadian siswa-siswi
1.3.2 Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari permainan Bulutangkis
1.3.2 Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari permainan Bulutangkis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bulutangkis
Nenek moyang terdininya
diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan
kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi
permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama
mungkin tanpa menggunakan tangan.
Pesan Sponsor : Nordeuos
Di Inggris sejak zaman
pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks
sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat
(Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan
mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian
di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan
kartun untuk ini.
Penduduk Inggris membawa
permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand)
selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan
anak-anak di wilayah setempat mereka.
Olah raga kompetitif bulu
tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19
saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab
kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali
sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa
permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan
namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang
penyalur mainan Inggris, berjudul “Badminton Battledore – a new game”
(“Battledore bulu tangkis – sebuah permainan baru”). Ini melukiskan permainan
tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of
Beaufort’s di Gloucestershire, Inggris.
Rencengan peraturan yang
pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulu tangkis
Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi
pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England. Bulu tangkis menjadi
sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara,
yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia.
Lapangan bulu tangkis
berbentuk persegi panjang dan mempunyai ukuran seperti terlihat pada gambar.
Garis-garis yang ada mempunyai ketebalan 40 mm dan harus berwarna kontras
terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis adalah putih atau
kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu atau bahan sintetis yg
lunak. Permukaan lapangan yang terbuat dari beton atau bahan sintetik yang
keras sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan cedera pada pemain.
Jaring setinggi 1,55 m berada tepat di tengah lapangan. Jaring harus berwarna
gelap kecuali bibir jaring yang mempunyai ketebalan 75 mm harus berwarna putih.
• Raket
Secara tradisional raket
dibuat dari kayu. Kemudian aluminium atau logam ringan lainnya menjadi bahan
yang dipilih. Kini, hampir semua raket bulu tangkis profesional berkomposisikan
komposit serat karbon (plastik bertulang grafit). Serat karbon memiliki
kekuatan hebat terhadap perbandingan berat, kaku, dan memberi perpindahan
energi kinetik yang hebat. Namun, sejumlah model rendahan masih menggunakan
baja atau aluminium untuk sebagian atau keseluruhan raket.
• Senar
Mungkin salah satu dari
bagian yang paling diperhatikan dalam bulu tangkis adalah senar nya. Jenis
senar berbeda memiliki ciri-ciri tanggap berlainan. Keawetan secara umum
bervariasi dengan kinerja. Kebanyakan senar berketebalan 21 ukuran dan diuntai
dengan ketegangan 18 sampai 30+ lb. Kesukaan pribadi sang pemain memainkan
peran yang kuat dalam seleksi senar.
• Kok
Kok adalah bola yang
digunakan dalam olahraga bulu tangkis, terbuat dari rangkaian bulu angsa yang
disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola yang
terbuat dari gabus. Dalam latihan atau pertandingan tidak resmi digunakan juga
kok dari plastik.
• Sepatu
Karena percepatan sepanjang
lapangan sangatlah penting, para pemain membutuhkan pegangan dengan lantai yang
maksimal pada setiap saat. Sepatu bulu tangkis membutuhkan sol karet untuk
cengkraman yang baik, dinding sisi yang bertulang agar tahan lama selama
tarik-menarik, dan teknologi penyebaran goncangan untuk melompat; bulu tangkis
mengakibatkan agak banyak stres (ketegangan) pada lutut dan pergelangan kaki.
Tujuan permainan adalah untuk
memukul sebuah kok menggunakan raket, melewati jaring ke wilayah lawan, sampai
lawan tidak dapat mengembalikannya kembali. Area permainan berbeda untuk partai
tunggal dan ganda, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Bila kok jatuh di
luar area tersebut maka kok dikatakan “keluar”. Setiap kali pemain/pasangan
tidak dapat mengembalikan kok (karena menyangkut di jaring atau keluar
lapangan) maka lawannya akan memperoleh poin. Permainan berakhir bila salah
satu pemain/pasangan telah meraih sejumlah poin tertentu.
Service
Servis dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi jaring ke area lawan. Partai tunggal dan ganda memiliki area servis yang berbeda seperti yang diilustrasikan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dinyatakan “keluar” dan poin untuk penerima servis. Posisi kiri atau kanan tempat servis dilakukan ditentukan dari jumlah poin yang telah dikumpulkan oleh pemain yang akan melakukan servis. Posisi kanan untuk jumlah poin genap dan posisi kiri untuk jumlah poin ganjil. Servis dari posisi kanan juga dilakukan saat jumlah poin masih nol.
Servis dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi jaring ke area lawan. Partai tunggal dan ganda memiliki area servis yang berbeda seperti yang diilustrasikan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dinyatakan “keluar” dan poin untuk penerima servis. Posisi kiri atau kanan tempat servis dilakukan ditentukan dari jumlah poin yang telah dikumpulkan oleh pemain yang akan melakukan servis. Posisi kanan untuk jumlah poin genap dan posisi kiri untuk jumlah poin ganjil. Servis dari posisi kanan juga dilakukan saat jumlah poin masih nol.
Pada set pertama
pemain/pasangan yang melakukan servis untuk pertama kali ditentukan dengan
undian, sedangkan untuk set berikutnya dilakukan oleh pemenang dari set
sebelumnya.
Untuk partai ganda, beberapa peraturan berbeda diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan sistem pindah bola dan sistem reli poin:
Untuk partai ganda, beberapa peraturan berbeda diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan sistem pindah bola dan sistem reli poin:
Sistem pindah bola
• Sebelum pertandingan
dimulai, harus ditentukan salah seorang pemain dari tiap-tiap pasangan sebagai
“orang pertama”. Pilihan ini berlaku untuk setiap set yang dimainkan.
• Jumlah poin genap atau ganjil menentukan posisi “orang pertama” saat melakukan servis.
• Setiap pasangan mempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat kesempatan kedua.
• Saat pindah bola, servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan oleh “orang pertama”.
• Jumlah poin genap atau ganjil menentukan posisi “orang pertama” saat melakukan servis.
• Setiap pasangan mempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat kesempatan kedua.
• Saat pindah bola, servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan oleh “orang pertama”.
Sistem reli poin
• Setiap pasangan hanya
mendapat satu kali kesempatan servis, tidak ada servis kedua.
• Servis dilakukan oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan tersebut.
• Pemain yang sama akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.
• Servis dilakukan oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan tersebut.
• Pemain yang sama akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.
Sistem perhitungan poin
Sejak Mei 2006, pada
kejuaraan resmi seluruh partai menggunakan sistem perhitungan 3×21 reli poin.
Pemenang adalah pemain/pasangan yang telah memenangkan dua set.
E. Induk Organisasi
Bulutangkis atau Badminton
International Badminton
Federation (IBF) didirikan pada tahun 1934 dan membukukan Inggris, Irlandia,
Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai
anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada tahun 1936.
Pada IBF Extraordinary General Meeting di Madrid, Spanyol, September 2006,
usulan untuk mengubah nama International Badminton Federation menjadi Badminton
World Federation (BWF) diterima dengan suara bulat oleh seluruh 206 delegasi
yang hadir.
Olah raga ini menjadi olah
raga Olimpiade Musim Panas di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Indonesia dan
Korea Selatan sama-sama memperoleh masing-masing dua medali emas tahun itu.
Bermain bulu tangkis tidak
selalu harus dikuasai oleh para pemain bulu tangkis profesional saja.
Masyarakat awam pun punya hak dalam bermain bulu tangkis.
Nah bagi para awam yang
mungkin hanya sekedar ingin bermain bulu tangkis, Anda juga perlu mengenal
dasar cara bermain bulu tangkis dengan benar, sehingga Anda akan mendapatkan
pembelajaran yang luar biasa dalam hidup ini.
Kita tidak tahu hidup kita
kedepannya, mungki saja setelah Anda latihan keras terus-menerus, dan Anda
semakin jago dala bermain bulu tangkis, bisa saja ini menjadi salah satu karir
sukses Anda didunia olahraga. Jadi jangan sia-siakan pembelajaran Anda.
Nah berikut ini saya akan
memberikan pembelajaran yang berharga yaitu, cara bermain bulu tangkis dengan
benar, adalah sebagai berikut :
- Teknik
memegang raket
Teknik ini merupakan teknik dasar yang harus Anda ketahui dalam bermain bulu tangkis. Karena kualitas kemampuan seseorang dipengaruhi oleh taktik atau cara dalam memegang raket.
- Atur sikap dan Posisi tubuh Anda
Posisi si pemain juga menentukan kualitas permainan bulu tangkis itu sendiri. Jadi dalam bermain bulu tangkis, Anda harus tetap siap menyambut datangnya bola dari arah lawan. Pemain harus bisa benar-benar mengatur dan memperhatikan posisinya supaya tidak mudah dikecoh oleh musuh.
- Footwork
Footwork merupakan gerak kaki yang tepat terutama untuk menghasilkan sebuah pukulan yang keras untuk mengecoh lawan. Kecepatan gerak kaki didukung oleh posisi yang baik, maka akan menghasilkan pukulan yang baik dan maksimal. - Service
Service ini secara umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu service pendek, jauh, dan tinggi. Perlu Anda ketahui bahwa service ini merupakan modal awal bagi sipemain dalam mendapatkan point.
F. Peraturan Permainan Bulu Tangkis
Peraturan permainan bulutangkis
ditetapkan oleh WBF (World Badminton Federation). Beberapa peraturan tersebut
adalah :
1. Ukuran
Lapangan
a. Garis di
dalam lapangan ditandai dengan warna putih, hitam, atau warna lainnya yang
terlihat jelas, dengan tebal garis 3,8 cm (1½ inci). Dalam menandai lapangan,
lebar dari garis tengah lapangan harus dibagi dua, sama antara bidang servis
kanan dan kiri. Ketebalan garis servis pendek dan garis servis panajng
(masing-masing 3,8 cm atau (1½ inci) harus berada di dalam ukuran 13” (= 3,96
m) yang dicantumkan sebagai panjang lapangan servis, dan ketebalan dari semua
garis batasnya (masing-masing 3,8 cm atau 1½ inci) harus berada dalam batas
ukuran yang telah ditentukan.
b. Jika ruang
yang tersedia tidak memungkinkan pemberian tanda batas lapangan untuk permainan
ganda, dapat dibuat tanda-tanda hanya untuk permainan tunggal seperti tampak
pada gambar di halaman 14. Garis batas belakang juga menjadi garis servis
panjang, dan tiang-tiang atau garis batas pada jaring akan ditempatkan pada
garis samping lapangan.
2. Tiang
Tinggi kedua tiang adalah 155 cm (5 kaki 1 inci) dari lantai. Tiang harus kuat, agar jaring tegang dan lurus dan ditempatkan pada garis batas samping lapangan.
Tinggi kedua tiang adalah 155 cm (5 kaki 1 inci) dari lantai. Tiang harus kuat, agar jaring tegang dan lurus dan ditempatkan pada garis batas samping lapangan.
3. Jaring
Jaring harus
dibuat dari tali halus yang dimasak dan dijala dengan jaring 1,6 cm sampai
dengan 2, 0 cm. Jaring harus terentang 76 cm. Ujung atas jaring harus berada
152 cm (5 kaki) dari lantai pada pertengahan lapangan dan 155 cm dari lantai
pada tiang-tiangnya. Jaring harus mempunyai tepi dari pita putih selebar 3,8
cm, serta bagian tengah pita tersebut didukung oleh kawat atau tali, yang
ditarik dan ditegangkan dari ujung-ujung tiang.
4. Kok atau
Shuttlecock
Sebuah
shuttlecock harus memiliki berat 4,8-5,6 gram dan mempunyai 14-16 helai bulu
yang dilekatkan pada kepala dari gabus yang berdiameter 2,5-2,9 cm. Panjang
bulu dari ujung bawah sampai ujung yang menempel pada dasar gabus kepalanya
adalah 6,2 – 6,9 cm. Bulu-bulu ini menyebar menjauhi gabus dan berdiameter
5,5-6,3 cm pada ujung bawahnya, serta diikat dengan benang atau bahan lain
cocok sehingga kuat.
5. Pemain
Permainan harus
dimainkan oleh masing-masing satu permainan di satu sisi lapangan (pada
permainan tunggal) atau masing-masing dua pemain di satu sisi (pada permainan
ganda). Sisi lapangan tempat tim yang mendapat giliran melakukan servis
dinamakan sisi dalam (inside), sedangkan sisi yang timnya menerima servis
dinamakan sisi luar (outside).
6. Pengundian
Sebelum
pertandingan dimulai, wasit memanggil kedua tim/pemain yang berlawanan untuk
mengundi pihak yang berhak melakukan servis pertama dan memilih sisi lapangan
bagi timnya untuk memulai permainan.
7. Penilaian
Ada beberapa
macam penilaian :
a. Jumlah nilai
(skor) permainan ganda atau tunggal putra, terdiri atas 15 angka, seperti yang
telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, dalam pertandingan dengan nilai 15, bila
kedua belah pihak telah mencapai angka 14 sama. Pihak yang pertama kali
memperoleh angka 14 dapat menambahkan nilai akhir dengan 3 angka (dikenal
dengan sebutan setting game). Jika pertandingan telah ditetapkan (diset), maka
nilai awal yang ditentukan dinamakan “love-all”. Pihak pertama yang mencapai
angka 3 dinyatakan sebagai pemenang.
b. Jumlah skor
pada pertandingan tunggal putri adalah 11 angka. Jika telah dicapai angka 10-10
, maka pihak yang lebih dahulu mencapai angka 10 berhak menambah nilai tambahan
akhir dengan 3 angka. Pihak yang pertama mencapai 3 angka dinyatakan sebagai
pemenang.
c. Kedua pihak yang bertanding akan memainkan tiga sel pertandingan untuk menentukan pemenang. Pemain yang mampu memenangkan lebih dahulu 2 sel pertandingan (2 games) akan dinyatakan sebagai pemenang. Pemain akan bertukar sisi lapangan (tempat) pada setiap akhir suatu game. Pada game ketiga, pemain juga akan berpindah lapangan ketika nilai akhir mencapai
c. Kedua pihak yang bertanding akan memainkan tiga sel pertandingan untuk menentukan pemenang. Pemain yang mampu memenangkan lebih dahulu 2 sel pertandingan (2 games) akan dinyatakan sebagai pemenang. Pemain akan bertukar sisi lapangan (tempat) pada setiap akhir suatu game. Pada game ketiga, pemain juga akan berpindah lapangan ketika nilai akhir mencapai
1) Skor 8 pada pertandingan dengan
15 angka
2) Skor 6 pada pertandingan dengan 11 angka
3) Skor 11 pada sistem reli poin 21 angka
2) Skor 6 pada pertandingan dengan 11 angka
3) Skor 11 pada sistem reli poin 21 angka
Keterangan :
Aturan reli poin adalah 1 game terdiri atas 21 poin. Jika kedua pemain mencapai
poin 20-20, maka terjadilah deuce (yus). Pemenang dapat ditentukan jika telah
muncul selisih 2 poin (misalnya 22-20). Bila selisih masih 1 poin (21-20),
pemenang belum dapat ditentukan. Angka maksimal tiap game adalah 30. Dengan
demikian, jika terjadi poin 29-29, maka pemenangnya adalah pemain yang terlebih
dulu mencapai angka 30.
8. Pertandingan
Ganda
Beberapa
peraturan dalam pertandingan ganda adalah sebagai berikut :
a. Telah
ditetapkan pihak mana yang akan melakukan servis pertama pemain di bidang
servis kanan memulai pukulan servis ke arah lawan yang berdiri secara diagonal
dihadapannya.
b. Pukulan servis pertama yang dilakukan pihak berada di sisi dalam lapangan selalu dilakukan dari bidang servis kanan.
b. Pukulan servis pertama yang dilakukan pihak berada di sisi dalam lapangan selalu dilakukan dari bidang servis kanan.
c. Hanya pemain
yang menjadi “sasaran” servis saja yang boleh menerima servis. Jika shuttlecock
tersentuh atau dipukul oleh pemain pasangannya, pihak yang berada disisi dalam
mendapat angka.
d. Hanya satu pemain pada pihak yang melakukan servis permulaan atau pertama dari suatu
d. Hanya satu pemain pada pihak yang melakukan servis permulaan atau pertama dari suatu
pertandingan
yang dapat melakukan pukulan servis tersebut.
e. Jika seorang
pemain melakukan servis yang tidak pada gilirannya atau dari sisi lapangan yang
salah, dan pihak yang melakukan servis yang memenangkan reli tersebut, maka
akan terjadi let kembali yang harus diajukan sebelum pukulan servis berikut
dilakukan.
9. Pertandingan Tunggal
Dalam
pertandingan tunggal, peraturan 8a dan 8e berlaku pada pertandingan tunggal.
Tambahan peraturan untuk pertandingan tunggal adalah sebagai berikut:
a. Permaianan
akan melakukan servis dari atau menerima servis dari bidang servis kanan hanya
bila nilai pelaku servis adalah 0 atau angka genap pertandingan. Servis
dilakukan dan diterima dari bidang servis kiri bila nilai pelaku servis
merupakan angka ganjil
b. Kedua pemain
yang bertanding akan mengubah bidang servis tempat masing-masing pemain itu
berdiri setiap kali sebuah angka dibuat.
10. Kesalahan
Kesalahan yang
dilakukan pemain yang berada pada sisi dalam lapangan akan menggagalkan servis
yang dilakukannya. Jika kesalahan dilakukan oleh pemain yang berada di sisi
luar (sisi lapangan yang menerima servis), maka satu angka diperoleh pihak yang
berada di sisi dalam (sisi lapangan yang melakukan servis).
11. Kesalahan
terjadi jika
a. Saat
melakukan servis, posisi shuttlecock pada saat disentuh raket berada di atas
ketinggian pinggang pemain; atau salah satu bagian dari kepala raket berada
pada posisi lebih tinggi dari salah satu bagian tangan pelaku servis yang
memegang raket ketika shuttlecock disentuh raket.
b. Saat melakukan servis, shuttlecock jatuh ke bidang servis yang salah yakni ke sisi yang tidak berhadapan diagonal dengan pelaku servis; atau jatuh di muka garis servis pendek; atau jatuh dibelakang garis servis panjang; atau jatuh di luar garis batas samping lapangan.
c. Kaki pelaku servis tidak berada dalam bidang servisnya, atau kaki penerima servis tidak berada dalam bidang servisnya yang terletak bersebarangan diagonal dan bidang servis pelaku servis, sampai pukulan servis selesai dilakukan.
b. Saat melakukan servis, shuttlecock jatuh ke bidang servis yang salah yakni ke sisi yang tidak berhadapan diagonal dengan pelaku servis; atau jatuh di muka garis servis pendek; atau jatuh dibelakang garis servis panjang; atau jatuh di luar garis batas samping lapangan.
c. Kaki pelaku servis tidak berada dalam bidang servisnya, atau kaki penerima servis tidak berada dalam bidang servisnya yang terletak bersebarangan diagonal dan bidang servis pelaku servis, sampai pukulan servis selesai dilakukan.
d. Sebelum atau
ketika melakukan servis, salah satu pemain melakukan gerak tipu atau pura-pura
atau secara sengaja mengejutkan lawannya.
e. Pada servis
ataupun sedang reli, shuttlecock jatuh di luar garis batas lapangan, melayang
menembus atau di bawah jaring, menyentuh langit-langit, menyentuh dinding
samping, atau menyentuh tubuh atau pakaian pemain.
f. Shuttlecock
yang sedang dalam permainan dipukul sebelum menyeberang ke sisi lapangan pihak
yang melakukan pukulan.
g. Waktu
shuttlecock dalam permainan, pemain menyentuh jaring atau tiang peyangga dengan
raket, bagian tubuh, atau bajunya.
h. Shuttlecock
menempel pada raket saat pukulan dilakukan atau shuttlecock dipukul dua kali
berurutan.
i. Saat dalam
permainan, seorang pemain tersentuh shuttlecock ketika ia berada di dalam atau
di
luar batas
lapangan.
j. Pemain
menghalang-halangi lawan.
12. Umum
a. Pelaku servis
tidak boleh melakukan servis hingga penerima servis dalam keadaan siap.
Penerima servis dianggap siap jika ia melakukan gerakan untuk menerima servis
yang telah dibayangkan.
b. Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing dan bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam, hingga shuttlecock disentuh raket.
b. Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing dan bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam, hingga shuttlecock disentuh raket.
c. 1) jika saat
servis atau reli, shuttlecock menyentuh dan tidak melampui jaring,
maka hal itu
dianggap tidak sah.
2) jika saat
servis dan reli, shuttlecock tersangkut pada net, maka diajukan let.
3) jika penerima
servis dinyatakan salah karena bergerak pada saat servis sedang dilakukan, atau
karena tidak berada dalam batas bidang servis yang seharusnya, sementara pada
saat yang sama pelaku servis juga dinyatakan melakukan kesalahan, maka diajukan
let.
4) Jika diajukan let, permainan yang terjadi servis sejak servis terakhir yang benar, tidak dihitung. Pemain yang baru saja melakukan servis akan melakukan servis ulang, kecuali jika peraturan lain telah ditetapkan.
4) Jika diajukan let, permainan yang terjadi servis sejak servis terakhir yang benar, tidak dihitung. Pemain yang baru saja melakukan servis akan melakukan servis ulang, kecuali jika peraturan lain telah ditetapkan.
d. Jika pelaku
servis pada saat melakukan servis tidak mengenai shuttlecock, maka ia dianggap
melakukan kesalahan (fault); tetapi jika shuttlecock tersentuh raket, servis
telah dianggap telah dilakukan.
e. Jika dalam permainan shuttlecock menyentuh jaring dan tetap tersangkut disana, atau menyentuh jaring dan jatuh di posisi pemukulnya, atau menyentuh lantai diluar lapangan; dan pemain lawan menyentuh jaring atau shuttlecock dengan raket dan tubuhnya, maka tidak ada pinalti, sebab shuttlecock dianggap dalam permainan.
e. Jika dalam permainan shuttlecock menyentuh jaring dan tetap tersangkut disana, atau menyentuh jaring dan jatuh di posisi pemukulnya, atau menyentuh lantai diluar lapangan; dan pemain lawan menyentuh jaring atau shuttlecock dengan raket dan tubuhnya, maka tidak ada pinalti, sebab shuttlecock dianggap dalam permainan.
f. Jika pemain
memukul shuttlecock dengan arah ke bawah , ketika berada dekat jaring dengan
harapan bahwa shuttlecock akan terpukul kembali olehnya, hal ini dianggap
menghalangi lawan. Maka wasit wajib menyatakan kesalahan (fault) atau let, jika
hal tersebut terjadi tanpa pemain mengajukannya. Jika pemain mengajukan hal
tersebut, maka wasit harus memberikan keputusan.
13. Kontinuitas
Permainan
Permainan harus
berkelanjutan dari servis yang pertama hingga akhir pertandingan, ketika tim
menang diputuskan, kecuali:
a. Pada
internasional Badminton Championship dan Ladies Internasional Badminton
Championship
harus diizinkan suatu waktu istirahat (tidak lebih dari 5 menit) yakni antara
pertandingan kedua dan ketiga.
b. Di daerah
yang kondisi cuacanya menyebabkan waktu istirahat dibutuhkan (maksimal 5
menit), yakni antara pertandingan kedua dan ketiga, baik untuk tunggal, ganda
atau keduanya.
c. Karena keadaan
yang tak terhindarkan oleh pemain, wasit dapat menunda permainan hingga
waktu yang
menurut pertimbangannya dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa
untuk mengatasi masalah-masalah berkaitan dengan peningkatan dan pencapaian
prestasi keolahragaan nasional, segenap jajaran olahragawan, baik pelatih,
atlet, maupun pengurus organisasi olahraga, harus mengevaluasi cara-cara
melatih. Dalam artian bahwa model latihan yang monoton dilakukan, secara
perlahan-lah, harus diubah sesuai dengan perkembangan dunia olahraga. Salah
satu contohnya adalah dengan cara pendekatan ilmiah. Dengan demikian diharapkan
nantinya banyak bermunculan generasi baru pemain bulutangkis di Indonesia, yang
mampu bersaing dengan para pebulutangkis internasional.
B. Saran
Dengan
selesainya pembuatan makalah ini, mungkin dalam makalah ini terdapat kesalahan
dan kekhilafan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat
membangun. Penulis menyarankan untuk meningkatkan penguasaan bulutangkis kita
harus terus berusaha dan berlatih dengan bersungguh-sungguh. Atas saran dan
kritiknya penulis mengucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar